Jika kita berkunjung ke Pulau Nain, ada suatu hal lazim dijumpai, manakala laut bukan hanya sekedar menjadi habitat bagi biota perairan, tetapi juga merupakan tempat bergantungnya hidup para nelayan untuk menopang perekonomian mereka. Bagi masyarakat suku Bajo Pulau Nain, laut adalah sumber kehidupan.
Sampah plastik menjadi salah satu penyebab yang paling berbahaya bagi ekosistem laut. Keberadaannya yang tiap hari kian bertambah semakin mengkhawatirkan. Negara kita Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah palstik dengan 1,27 juta ton/tahun (World Bank 2018). Merupakan masalah besar yang menghantui hidup masyarakat negeri maritime.
Dengan penyuluhan dan pendampingan edukasi berkelanjutan, masyarakat suku Bajo Pulau Nain tidak menyerah dengan keadaan. Mereka berkomitmen keluar dari zona nyaman dengan mengatasi masalah menjadi potensi dan peluang pendapatan. Sampah plastik botol kemasan ternyata bisa dimanfaatkan masyarakat untuk budidaya rumput laut.
Bibit rumput laut (Eucheuma spinosum) yang dibudidayakan di zona tradisional kawasan Taman Nasional Bunaken, diikat pada tali melintang dibawah permukaan air (±30 cm) dengan sampah plastik botol kemasan sebagai buoy dan penanda. Rumput laut yang sudah dipanen kemudian dijemur untuk dikeringkan dan dijual ke pengepul. Keterbatasan teknologi membatasi ruang gerak mereka untuk meningkatkan nilai tambah bahan pangan tersebut.
Kedepan perlu adanya dukungan berupa infrastruktur jaringan dan pembangunan fisik lain untuk meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat suku Bajo Pulau Nain.
Penulis,
Ermas Isnaeni Lukman, S.Pi
Penyuluh Kehutanan Ahli Pertama