Dimanakah Pulau Nain ?
Pulau yang terletak di ujung utara kawasan Taman Nasional Bunaken. Secara administratif masuk dalam Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, dihuni lebih dari 3000 jiwa yang terbagi menjadi 3 Desa yaitu: Desa Nain, Desa Nain Satu, dan Desa Tatampi.

Bagaimanakah keseharian masyarakat di Pulau Nain ?
Suku Bajo dan Sangir merupakan kelompok masyarakat utama yang mendiami Pulau Nain, dengan sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani rumput laut. Nelayan menggunakan alat tangkap tradisional untuk menangkap ikan seperti pancing, soma, dan jubi serta nelayan tangkap pelagis antara tuna dan marlin.

Pengembangan rumput laut masih dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan botol plastik sebagai pelampung. Rumput laut diikat pada tali res sejajar pantai, dengan waktu tanam sampai panen membutuhkan lama ± 45 hari, kurun waktu tersebut petani rumput laut melakukan perawatan secara rutin.

Saat memasuki panen, hasil rumput laut dijemur diatas tompal. Bila cuaca cerah lama waktu penjemuran hanya membutuhkan 3 hari. Belum ada pengolahan pascapanen, hasil rumput laut kering langsung dijual ke pasar di Manado.

Apa yang perlu diketahui dari Pulau Nain ?
Pulau Nain masih banyak membutuhkan sentuhan layanan dasar seperti penerangan, karena listrik tidak dapat diakses 24 jam penuh. Menjadi perhatian utama ketika para nelayan setelah melaut hasil tangkapan harus segera dikemas dan diedarkan ke pasar ke Kota Manado dan sekitarnya.

Masyarakat Pulau Nain juga terkenal sebagai pengolah ikan asin, dengan cara pembuatan yang sederhana dan tradisional dimana ikan yang masih segar dibelah, dibersihkan bagian dalamnya kemudian direndam dengan air garam lalu ikan dijemur kering.

Bentuk lain pengolahan ikan dengan pengasan, beberapa yang diolah dengan pengasapan seperti ikan roa dan ikan cakalang.

Lalu mengapa Pulau Nain menarik ?
Salah satu potensi wisata yang tersohor di Nain adalah “Bungin” atau pasir timbul, yakni munculnya pasir laut disaat air mengalami surut tertinggi, dan terdapat camping ground yang bisa dikembangkan sebagai wisata petualang.

Sebagai ikon wisata, pasir timbul Nain banyak menyedot wisatawan untuk datang berfoto ria, pemandangan yang disajikan dari pasir timbul berlatar belakang Pulau Nain, Pulau Mantehage, Pulau Siladen, Pulau Bunaken dan Pulau Manado Tua. Pemandangannya memanjakan mata, inilah yang membuat lokasi ini banyak didatangi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Selain itu, potensi wisata camping ground juga tidak kalah menarik. Masih banyak orang yang belum mengetahui keindahan pulau Nain dari atas bukit. Panorama Daratan Minahasa Utara dan Kota Manado, serta deretan pulau-pulau. Kita dapat menunggu sunset sembari menikmati keindahan dari ketinggian. Wisata camping ground cocok untuk dijadikan ikon baru Pulau Nain karena bukit Nain yang indah dengan vegetasi alang-alang dimana pastinya akan banyak wisatawan yang senang untuk mengabadikannya. Saat ini Balai Taman Nasional Bunaken berupaya mengembangkan potensi wisata di Pulau Nain untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Kapan waktu terbaik mengunjungi Pulau Nain ?

Tantangan masyarakat Pulau Nain kedepan adalah sampah harus dikelola dengan baik. Perlu adanya penanganan sampah terpadu, dan upayakan tidak membuangnya ke laut karena akan merusak lingkungan.
“Jika kita menjaga lingkungan, maka lingkungan akan kembali menjaga kita”.

Salam lestari
Kontributor :
Ermas Isnaeni Lukman & Clarina Shinta J.

Putra Sanjaya Saleh, mahasiswa Program Magang Kampus Merdeka Prodi Kehutanan Universitas Sam Ratulangi di Balai Taman Nasional Bunaken.

SHARE

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *