Balai TN Bunaken menugaskan tim teknis dalam kegiatan groundcheck di wilayah kerja Resort Mantehage. Tim teknis terdiri dari jabatan fungsional penyuluh kehutanan (PK), polisi kehutanan (Polhut), dan pengendali ekosistem hutan (PEH) dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Kegiatan groundcheck perlu dilaksanakan guna memverifikasi berbagai tipe ekosistem yang ada, setelah dilakukan desk analysis melalui peta citra sebelumnya. Hal ini mengacu pada Buku Panduan Inventarisasi Keragaman Hayati Tahun 2022 dari Direktorat Perencanaan Kawasan Konservasi (Dit. Ren KK), Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Inventarisasi keanekaragaman hayati yang dilakukan harus mampu menyajikan data dan informasi potensi kawasan konservasi dan nilai keanekaragaman hayati dari kawasan tersebut, sehingga dapat diketahui apakah suatu kawasan konservasi masih layak untuk dipertahankan statusnya atau tidak.
Resort Mantehage memiliki luas wilayah 17.567,35 Ha merupakan salah satu dari lima resort yang ada di wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Meras. Secara administratif, wilayah kerja Resort Mantehage mencakup Desa Mantehage IV Buhias, Desa Mantehage I Bango, Desa Mantehage II Tangkasi, dan Desa Mantehage III Tinongko yang masuk dalam Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Pulau Mantehage memiliki karakteristik unik dan keanekaragaman ekosistem baik darat maupun perairannya. Keanekaragaman ekosistem yang dimaksud adalah keragaman tipe ekosistem yang terdapat dalam kawasan konservasi baik daratan maupun perairan, hal ini berkaitan erat dengan interaksi komponen biotik dan abiotik pembentuk ekosistem di kawasan konservasi tersebut. Keragaman ekosistem baik daratan maupun perairan yang dianggap memiliki nilai keaslian, kealamiahan, keunikan, keterwakilan, kekhasan, kekayaan, ketergantungan, kerentanan dan produktivitas, baik berdasarkan mandat kawasan maupun penilaian pemangku kawasan, termasuk gejala alam dan fenomena alam yang dimiliki kawasan konservasi.
Pada daratan pulau terdapat ekosistem padang rumput, semak belukar, hutan pantai, riparian, kolam air, dan perkebunan. Vegetasi hutan mangrove, lamun, dan terumbu karang mendominasi tipe ekosistem perairan. Tiap ekosistem tersebut juga memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Seperti padang rumput sebagai habitat Rusa Timor yang terakhir dijumpai pada tahun 2021. Begitu juga dengan kerapatan ekosistem padang lamun sebagai habitat dugong yang terakhir dijumpai pada tahun 2022. Dalam penjelajahan juga banyak didapati perjumpaan satwa di ekosistem mangrove berbagai jenis burung pantai dan burung migran serta kelompok lumba-lumba di ekosistem neritik.
Kegiatan teknis dilaksanakan selama 5 hari pada tanggal 11-15 Februari 2023. Adapun output kegiatan yaitu tersedianya data verifikasi tipe ekosistem di Resort Mantehage seluas 150 ha dalam bentuk laporan dan peta. Metode yang digunakan dalam kegiatan groundcheck ini antara lain: survey jelajah, snorkling, underwater photo, dan manta tow. Selama pelaksanaan kegiatan tidak didapatkan kendala teknis selain faktor cuaca ekstrem di wilayah Sulawesi Utara.
Hasil sementara yang dapat disampaikan oleh tim pada kesempatan pertama adalah sebagai berikut:
1. Ekosistem neritik (laut kedalaman <200m) potensi kehati: lumba-lumba
2. Ekosistem terumbu karang di 6 divespot Pulau Mantehage. Secara umum 50% karang hidup terdiri dari hard coral, soft coral, gorgonian.
3. Ekosistem lamun habitat dugong (perjumpaan 2022) kondisi baik.
4. Ekosistem padang rumput dan semak belukar habitat rusa.
5. Ekosistem riparian air payau (peralihan vegetasi darat dengan mangrove).
6. Ekosistem hutan pantai.
7. Ekososistem kolam air (lokasi mangrove dieback)
8. Perkebunan campur dominasi tanaman kelapa dan pisang.
Dilaporkan oleh: Ermas Isnaeni Lukman, S.Pi (Penyuluh Kehutanan Pertama)







